Minggu, 14 Agustus 2016

Lari pagi

Sebelum matahari meninggi, saat jalanan masih sepi saya berangkat lari pagi.
Beruntung saya tinggal di lingkungan yang sangat nyaman, Karang Panjang, Ambon. Menurut Wikipedia, Karang Panjang adalah sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku, Indonesia. Kelurahan Karang Panjang merupakan salah satu tempat paling penting di Kota Ambon karena di kelurahan ini terletak hampir 25 bangunan vital kota Ambon. Terkenal karena di kecamatan ini berdiri sebuah monumen yang terkenal dengan nama Tugu-Patung Martha Christina Tiahahu. Jarak Karang Panjang ke pusat kota Ambon sekitar 2 km. Udaranya masih sangat segar, banyak pepohonan, banyak spot dengan view laut level dewa dan tidak terlalu padat penduduk-tipikal saya banget nih. Beruntung sekali. Namun jangan harap bisa menemukan masjid atau mendengar suara adzan disini. Ya, setelah konflik beberapa tahun silam pulau cantik ini memiliki persebaran penduduk yang cukup unik. Kalau biasanya di suatu kota penduduk akan mengelompok berdasarkan status sosial per kawasan-based on daya beli hunian, di sini selain pengelompokan status sosial juga ada pengelompokan berdasarkan keyakinan. Kebetulan Karang Panjang bukan merupakan wilayah keyakinan saya-kebetulan rumah dinas yang kosong waktu mutasi hanya disini, hehehe, sejauh ini tidak menjadi masalah berarti buat saya. Meski tidak dipungkiri ada beberapa pengalaman menjengahkan yang tidak perlu saya ceritakan disini, tidak bisa dilupakan tapi tidak terlalu penting untuk diingat. Kembali ke lari pagi.
Dua tahun lebih tinggal di wilayah ini tapi baru akhir-akhir ini saya berani lari pagi. Biasanya saya memilih olahraga lainnya, aerobik di salah satu fitness center di pusat kota Ambon atau berenang, kalaupun sedang ingin lari saya memilih pergi ke Lapangan Merdeka-semacam gabungan alun-alun dan sport center. Alasan keamanan alibi saya waktu itu, mengingat saya tampak terlihat sangat jelas muslimnya dengan jilbab yang saya kenakan. Sampai sekitar dua bulan lalu suatu pagi saya tidak sengaja bertemu dengan salah seorang teman kuliah-yang juga muslim, sedang lari pagi di dekat rumah. Kapten Army-serious he is an Army and his name is Army, kinda cool isn't it. Kaget juga karena setahu saya beliau tinggal di kompleks militer yang lokasinya cukup jauh dari sini. Usut punya usut-saya paling tidak tahan untuk tidak bertanya kenapa, beliau memilih Karang Panjang untuk jogging track nya karena udaranya masih segar, tidak terlalu ramai dan medannya menantang-tanjakan turunan. Iya juga ya..kenapa saya tidak menyadarinya, sebenarnya sadar namun kesadaran itu dikalahkan oleh isu berbuntut ketakutan-dan kemalasan tentunya, hehehe. Setelah dua bulan roller coaster kemaren, ketakutan(yang sekarang saya sadari kalau tidak beralasan) itu terkalahkan dengan telak. Saya masih selalu yakin kalau tidak ada yang kebetulan, semuanya sudah direncanakan. Kebetulan ketemu teman lari pagi, kebetulan setelahnya cara pandang hidup saya tidak sama lagi. Saya pun memutuskan untuk berlari dan mensyukuri tiap jengkal yang terlewati tanpa belenggu ketakutan lagi. If something bad happend, that happend for a reason. Akhirnya kini saya jatuh cinta. Pada lari dan pagi di sekitar sini. Pada selamat pagi sederhana dan senyum dari usi-usi yang akan berangkat ke gereja. Pada anjing-anjing sekitar sini yang sudah tidak pernah menyalak atau mengejar lagi saat berpapasan dengan saya-mungkin sudah mengenali baunya. Pada embun yang masih basah di udara. Pada daun-daun yang sesekali saya sentuh, sekedar melompat dan menggapai ranting lalu merasakan cipratan embun-surga kecil di muka berpeluh. Pada musik di telinga saya-apapun pilihan lagunya, yang membuat saya tidak lagi merasa sendiri di pagi berlari, nutrisi hati. Pada waktu yang seolah punya dimensi sendiri saat saya sedang berlari-kadang terasa lambat, kadang begitu cepat. Pada matahari yang seolah memelankan diri untuk menyapa bumi, dan gurat cahaya yang menembus celah pagar perkantoran atau pohon seolah mengingatkan saya sudah waktunya berhenti dan pulang untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan suami-sesekali mereka mengikuti, berkendara sambil mencari pokemon. Pada lapangan tennis yang merahnya memberi semangat. Pada laut yang tampak di ujung jalan dan tak pernah sepi kapal bersandar, di kejauhan, tahukah-terimakasih biru mu menenangkan bagi yang lemah dan lelah terbang. Pada patung monumen dan taman, ah.. ibu pejuang apa yang anda pikirkan, pada jaman itu saat wanita kurang daya anda malah maju dengan tombak siap hunus, bisakah anda pinjamkan atau bagi barang setetes semangat itu. Pada tikungan jalan, persimpangan, pilihan. Pada lelah, linu, ngilu dan nafas sesak yang berhasil mengalihkan isi kepala ke fokus yang berbeda-ya, saya merasa pikiran begitu kosong, kosong yang menenangkan, kosong yang sesekali saya butuhkan, dimana semua pikiran terkalahkan oleh naluri mendapatkan oksigen sebanyak-banyaknya. Pada badai serotonin singkat-dengan pemicu alami.
Pada hidup dan kehidupan.
Pada Sang Maha Peramu Kebetulan.
I feel free.
Ya.
Saya berlari, di suatu pagi, cepat-cepat sebelum ada matahari, karna silaunya kini tak terlalu akrab dengan mata lagi.

(:

*14-08-2016
Di Hari Pramuka.

Tidak ada komentar: