Minggu, 28 November 2010

Secangkir kopi.,


Langkah yang seolah tak terpacu, senyum yang penuh arti. Kadang membuat canda, kadang membuat kecewa.

Rasa tidak seharusnya diajari.
Rasa tidak seharusnya dibatasi.
Rasa tidak seharusnya dipagari.

Masa tidak jelas dimulainya.
Masa tidak jelas dinikmatinya.
Masa tidak jelas diakhirinya.

Ketika rasa itu tumbuh, pada masa yang dianggap salah.
Ketika rasa itu harus luruh, pada saat rasa menabur benih yang paling jujur.
Ketika masa mengakhiri semuanya, pada saat rasa terlanjur diajari, dibatasi dan dipagari.

Kerinduan atas mimpi, kerinduan atas ketidaknyataan, karena hidup dan sakit.
Bukan hidup tanpa api, bukan hidup tanpa sentuhan, bukan hidup tanpa rasa.

Bauran dalam secangkir kopi.



^_^

Jumat, 12 November 2010

Pray for Indonesia.,

Stop shouting and don’t get mad., calm down but don’t ever fade., don’t you cry don’t lose faith., you’ve got me so stay calm., what is wrong its alright., everything will work out fine., see the sun coming out..take a ride burn your hate.,

Don’t give up cause I am here to stay., stay alive we will survive.,
Don’t hide because I am here to stay., stay alive we will survive.,

Look at my face one more time..
Look at your face one more time..

Tell me that you care...

-eventhough this is not the last time-

Selasa, 02 November 2010

Anomali sudut pandang.,


Keindahan membutuhkan keburukan. Kebaikan memerlukan kejahatan. Sama halnya dengan rasa manis yang ada karena orang pernah merasakan pahit. Orang bijak pun tak akan pernah ada tanpa orang yang arogan.

Arogan mengarah kesegala yang berlebihan, mengacu pada titik maksimum yang kita bayangkan. Terperangkap oleh labirin imajinasi dan terbebat benang merah yang diciptakan sendiri yang berdampak pada perbuatan nyata dalam satu sama lain. Sadarkah, mereka yang merasa telah mengenal diri justru terkadang mereka yang tak tahu diri.

Sayangnya tak ada patokan atau ukuran untuk menggambarkannya.

Pernah mendengar dendang merdu berbunyi "tak selamanya..mendung itu kelabu. Nyatanya..hari ini kulihat begitu ceria.."? Sepenggal syair dengan pesan yang maha dasyat. Mengajarkan untuk berhenti menelan mentah-mentah segala yang harus kita telan, tetapi menjilatnya dan mencecapnya terlebih dahulu.

Arogan tidak selalu berlawanan dengan orang bijak. Arogan merupakan wujud dari amplitudo hati tiap manusia-meskipun fokusnya kurang tepat. Mereka yang seolah arogan bisa jadi mereka yang membutuhkan support tapi tak mendapatkan. Ingin pintar, lalu berlagak lebih pintar dari orang lain, padahal mereka tidak tahu ukuran ke'pintar'an dalam suatu komunitas. Tidak dapat disalahkan.

Arogan tak ubahnya dengan idealisme yang kelebihan kadar. Merasa paling benar di atas kebenaran, padahal kebenaran 100% relatif.
Ketika mampu dikendalikan, arogan bisa menjadi power yang mendukung potensi diri. Power tak tampak yang justru merupakan vibrasi kuantum maksimum yang tak terlihat, sumber dari segala yang nyata.

Tergantung dari sisi mana mulai menarik benang merahnya.

Ada baiknya kalau kita tidak sembarangan menempelkan label 'arogan' tanpa audit personal yang cukup, karena itu hanya akan mengundang boomerang kembali secepatnya, apakah salah ketika ada yang bilang : orang yang menilai orang lain arogan itu adalah orang yang merasa lebih dari 'orang malang' yang telah dianugerahinya label arogan, wujud derivatif arogan sesungguhnya?



-redly note-
a request