Jumat, 10 September 2010

Sahabat Beda Kelamin



Saya tergelitik untuk membahas masalah ini. Yaaah, setidaknya hanya untuk mengetahui sebuah konsep yang berbeda-beda dan pemahaman yang beragam tentang sudut pandang sebuah persahabatan beda kelamin ini.

Beberapa teman perempuan saya mengatakan, mereka bersahabat dengan laki-laki, karena laki-laki lebih logis daripada perempuan. Main dengan laki-laki atau bertukar pandangan dengan laki-laki terkesan lebih rasional, karena perempuan terlalu perasa.

Konsep persahabatan itu seperti apa sih..??

Teman saya, sebut saja namanya Ani. Dia mempunya gank yang namanya GankShe. Di dalam GankShe ini terdapat 5 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Katanya, di dalam gank mereka itu sahabatan kental banget. Saling menjaga satu sama lain, bahkan lebih posesif dari pada seorang pacar dalam saling menjaga. Mereka harus saling tahu, siapa saja yang menjadi pacar atau yang lagi mau deket dengan salah satu anggota genk. Harus ketemu seminggu sekali.

Mungkin kita punya pandangan yang berbeda-beda, tapi bagi saya persahabatan seperti ini, nggak banget. Karena setiap individu membutuhkan pertimbangan pribadi dalam menentukan pasangannya. Menentukan langkahnya. Bagaimana jika ada seorang yang memang tulus mau mendekati salah satu anggota genk itu, tapi ternyata anggota gank yang lain tidak setuju. Apakah harus menyatakan ketidak setujuan juga..?? seingat saya, cinta itu tidak dibangun kolektif, tapi cinta itu dibangun dengan personal. Lalu sejak kapan cinta itu dibangun oleh kumpulan sosial, yang mungkin tidak sejalan hati dengan personal. Bukan kah teman yang baik itu adalah memberikan kebebasan bagi temannya untuk memilih yang terbaik untuknya, kemudian menghargai tiap pilihan yang dibuat oleh temannya itu. Jika pilihanya salah, maka teman adalah tempat penampung air mata, sedangkan kalo pilihannya benar, maka teman adalah tempat tersenyum bersama-sama.

Apa sih bedanya antara sahabat dan teman...?? Sahabat itu sepertinya more deep than friends. Sudah masuk pada wilayah pribadi. Seharusnya, sahabat itu telah teruji keberadaannya, walaupun dalam keadaan susah maupun senang dia selalu ada. Sahabat itu bukan ada saat menggelar tawa saja, tetapi juga selalu ada menyertai air mata.

Entah kenapa, konsep persahabatan yang seperti cerita diatas, membuat saya berpikir bahwa konsep itu terlalu mengikat yah. Sehingga ruang gerak bagi individu untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain menjadi terbatas ??. Saya pernah punya konsep persahabatan beda kelamin, tapi saya menghargai sahabat saya sebagai individu yang bebas. Saya tidak pernah mengikat harus selalu ketemu, selalu harus jalan bareng. Tapi saya tahu, dia selalu ada dalam tawa dan kesedihan saya. Dia selalu membantu saya kapanpun saya minta, begitupun ketika dia meminta bantuan pada saya. Tapi bukan karena dia sahabat saya, lalu saya menjadi menjaganya secara berlebihan, menganggap semua urusan dia adalah urusan saya, begitupun sebaliknya. Saya akan menjaga jarak dengannya, ketika dia memiliki pasangan. Karena semata-mata, saya ingin menjaga perasaan pasangan sahabat saya itu.

Saya pernah pacaran dengan seorang perempuan yang memiliki sahabat. Bagi saya sahabat pacar saya itu munafik sekali. Dia menjadi sahabat karena dia sebenarnya juga mencintai pacar saya. Ketika jalan bareng dengan sahabat-sahabat pacar saya, sahabat-sahabatnya yang cowok-cowok itu seakan tidak menghargai saya. Memegang, merangkul, dan bahkan bercanda terlalu berlebihan dengan pacar saya, di depan saya. Inikan gambaran sahabat itu...??? Jika begitu saya tidak pernah mau mencoba pacaran dengan seseorang yang punya sahabat laki-laki jika seperti itu.

Saya pikir, persahabatan itu seharusnya dilandasi oleh rasa saling menghargai. Bukan yang lain. Lagi pula, setuju atau tidak setuju, bagi berteman jauh lebih enak kok dari pada sahabat-sahabatan. Sahabat itu bisa bikin salah kaprah, bisa membuat kita membangun kepentingan atas orang lain. Punya banyak temen itu seperti punya banyak telinga untuk mendengarkan, punya banya tangan untuk menggantung, punya banyak mata untuk memperhatikan, dan yang pasti tidak mengikat.

Kalo ternyata sahabat memiliki pasangan, sebaiknya jaga jarak. Untuk menghargai pasangan dia.

by Royan Danisurya Dipayana

sebuah wacana..

Tidak ada komentar: