Selasa, 02 November 2010

Anomali sudut pandang.,


Keindahan membutuhkan keburukan. Kebaikan memerlukan kejahatan. Sama halnya dengan rasa manis yang ada karena orang pernah merasakan pahit. Orang bijak pun tak akan pernah ada tanpa orang yang arogan.

Arogan mengarah kesegala yang berlebihan, mengacu pada titik maksimum yang kita bayangkan. Terperangkap oleh labirin imajinasi dan terbebat benang merah yang diciptakan sendiri yang berdampak pada perbuatan nyata dalam satu sama lain. Sadarkah, mereka yang merasa telah mengenal diri justru terkadang mereka yang tak tahu diri.

Sayangnya tak ada patokan atau ukuran untuk menggambarkannya.

Pernah mendengar dendang merdu berbunyi "tak selamanya..mendung itu kelabu. Nyatanya..hari ini kulihat begitu ceria.."? Sepenggal syair dengan pesan yang maha dasyat. Mengajarkan untuk berhenti menelan mentah-mentah segala yang harus kita telan, tetapi menjilatnya dan mencecapnya terlebih dahulu.

Arogan tidak selalu berlawanan dengan orang bijak. Arogan merupakan wujud dari amplitudo hati tiap manusia-meskipun fokusnya kurang tepat. Mereka yang seolah arogan bisa jadi mereka yang membutuhkan support tapi tak mendapatkan. Ingin pintar, lalu berlagak lebih pintar dari orang lain, padahal mereka tidak tahu ukuran ke'pintar'an dalam suatu komunitas. Tidak dapat disalahkan.

Arogan tak ubahnya dengan idealisme yang kelebihan kadar. Merasa paling benar di atas kebenaran, padahal kebenaran 100% relatif.
Ketika mampu dikendalikan, arogan bisa menjadi power yang mendukung potensi diri. Power tak tampak yang justru merupakan vibrasi kuantum maksimum yang tak terlihat, sumber dari segala yang nyata.

Tergantung dari sisi mana mulai menarik benang merahnya.

Ada baiknya kalau kita tidak sembarangan menempelkan label 'arogan' tanpa audit personal yang cukup, karena itu hanya akan mengundang boomerang kembali secepatnya, apakah salah ketika ada yang bilang : orang yang menilai orang lain arogan itu adalah orang yang merasa lebih dari 'orang malang' yang telah dianugerahinya label arogan, wujud derivatif arogan sesungguhnya?



-redly note-
a request

1 komentar:

gugun madju jaya tbk mengatakan...

sulit memang membandingkan antara manusia. terlalu banyak objek yang banyak mempengaruhi. apakah sama antara antara aku kmu kita dan mereka.... tentu tidak kita lahir dari bapak dan ibu yang berbeda bahkan setiap detik kita melakukan hal yang beda....
tentunya arogan pun pilihan setiap setiap orang. tapi pertanyaanya maukah menerima setiap konsekuensi atas setiap pilihannya?