Jumat, 30 Mei 2014

Wajah kaca.,






Senja datang terlalu cepat, jingganya mengaburkan pandangan yang memang sudah agak kabur. Demi ubur-ubur. Dan lalu semua tampak begitu kendur, tidak lagi pantas untuk berbikini sembari berjemur. Demi ubur-ubur. Ubur-ubur. Apa salah ubur-ubur yang begitu lentur?
Isak tangis mulai terdengar.
Satu. Dua. Tiga.
Satu-satu.
Dua-dua.
Tidak sampai tiga tubuh itu terlonjak. Matanya garang menantang, tak ada yang menetes lagi. Sekarang tubuh itu mulai menari, pelan tapi pasti. Masih sendiri. Melantai dengan gemulai. Masih sunyi. Lagi dan lagi, satu dua tiga hingga tak hingga. Sampailah putaran ke sekian mendamparkan dia di ujung lorong. Ada kaca di sana. Gemulainya terhenti, tariannya mati. Masih sendiri dan sunyi. Demi ubur-ubur. Matanya memerah, lengkap dengan bulir yang nyaris tumpah.

"Hei..aku cuma kaca, pantulanku tak sempurna."
 Aku butuh kornea. 

 *si bisu menggigit bibirnya sampai berdarah, agar si buta tahu ia terluka.
Kaca berbicara pada wajah yang tak lagi punya pantulan serupa.
Demi ubur-ubur.


Ambon, May 26, 2014 at 9:19pm

Tidak ada komentar: