Rabu, 17 Oktober 2012

repost

Dan saat seperti ini membuat Ia berpikir ulang: apakah ini yang disebut cinta? Tidakkah seharusnya Ia dan Dia menikah saja? Kesetiaan tanpa batas ini… tanpa syarat apa-apa… tanpa menghambat langkah hidup masing-masing… tanpa perlu satu atap… tanpa perlu daftar belanja bulanan bersama… dan Ia yakin betul persahabatannya dengan Dia tak akan lekang dimakan waktu.
Lalu, cinta seperti apa yang orang-orang itu miliki? Yang konon menjadi dasar sebuah komitmen institusi mahamegah bernama Pernikahan? Mengapa mereka begitu bernafsu menguasai satu sama lain, seperti sekumpulan tunawisma berebutan lahan dan dengan membabi buta berlomba untuk menancapkan plang tanda hak miliknya masing-masing? Bisakah cinta yang sedemikian agung hidup terkapling-kapling? Berarti apa artinya semua itu? Hanya legalisasi bercintakah? SIM resmi untuk kegiatan ranjang? Kepentingan sensus penduduk? Bentuk kontrol negara? Apa itu komitmen? Apa itu janji?
Mendadak Ia merasa begitu aneh, hingga nyaris limbung.
“Kamu positif gila!” Dia mengangguk pasti, “dan sebaiknya aku cepat-cepat pergi dari sini… DAH!”

*Ia yang menemukan bintang jatuh.,Dia yang kemudian pergi.

Published with Blogger-droid v1.7.4

Tidak ada komentar: