Selasa, 09 Juni 2009

Tempat berkata

Apakah salah ketika kita menyuruh otak kita untuk bekerja? Apakah salah ketika mulut kita mulai berbicara? Apakah salah ketika kita mulai mengabadikannya dalam rangkaian kata?
Saat semua jawaban adalah salah. Patutlah kita menerima begitu saja?
Jawabannya 'tidak' bagi mereka yang punya hidup normal dan 'iya' bagi mereka yang punya luka serta trauma.
Lantas dimana tempat bagi mereka yang punya luka serta trauma untuk bebas berkata-kata, untuk bebas mengembangkan kesinambungan otak kanan dan kiri tanpa serasa di harakiri, untuk menuangkan imaji yang tak jarang berupa luapan emosi tentang keadilan kasih ilahi? Dimana? Gurun saharakah? Sungai amazonkah? Piramida mesirkah? Segitga bermudakah? Dalam gundukan sampahkah? Atau mungkin lapisan terdalam liang lahat?
Segala yang ada di dunia selalu kupercaya relatif. Sangat tergantung satu sama lain. Berkesinambungan.
Ketika seorang tak mampu menghargai oranglain, maka ia yang harus binasa.

Tidak ada komentar: