Hey love..you grow so fast..
Take a look at us..
Huge..but I never feel so happy for being huge before..I mean we are huge ini a good way.
Thank you being there. I'm so sorry for my first react when I know you was there-in the middle of my medical treatment for unsure disease. But now I know for sure this is perfect time for you to come and teach me everything. Hang in there I won't leave you behind, please..I promise.
I love you my lovely little Sea...
(:
atas nama cinta
-mawar biru yang kesepian-
Selasa, 24 Januari 2017
H-15
Jumat, 18 November 2016
Perempuan Bernama Arjuna
Perempuan Bernama Arjuna.
~Remy Sylado
..bahwa cinta tulen memang harus dimulai dari naluri, kemudian diperiksa oleh nurani.
Menerangkan cinta dalam pengetahuan macam itu agaknya bisa dibilang jelimet, sebab ini terlalu muluk untuk disebut makrifat, tapi juga terlalu sepele untuk disebut rasam. Padahal cinta itu suatu keindahan yang tiada terperi. Tidak ada persamaan arti, baik dalam nomina, adjektiva, maupun adverbia, yang melebihi keindahan cinta.
Di sinilah jantunghati beta.
Yeah..seperti yang sudah tertulis di cover buku satu ini "bukan bacaan ringan" ternyata memang benar-benar membuat saya megap-megap membacanya. Saya yang biasanya hanya memuja filsafat dari jauh tetiba seperti diceburkan dalam telaga asing yang tampak akrab, filsafat dalam fiksi. Dari sekitar dua ratus tujuh puluhan halaman, cerita berakhir di halaman dua ratusan sisanya semacam kamus biografi singkat dua ratusan filsuf dan tokoh terkenal dunia. Mulai dari Sunan Kalijaga, Adolf Hitler, Voltarie, Ch'ien Lung, Philip Jakob Spener, Plato sampai Addie MS juga ada. Penuh sesak, padat bergizi. Bukan berarti dengan bertaburan tokoh lantas tidak ada alur cerita yang dimainkan. Kembali lagi, buku ini masuk ke fiksi, ada plot di dalamnya. Cerita cinta seorang mahasiswa kepada dosennya.
Yeah.
Khas Remy Sylado tidak ada cinta yang mulus, ada tabrakan di sana-sini. Kali ini cinta yang ada menembus batas status sosial, budaya, negara, keyakinan, dan bahkan usia.
Begitu anomali, begitu tak biasa-entah mungkin saya yang kurang referensi.
Sekalipun isinya berupa kajian filsafat, buku ini juga memuat laku hidup keseharian, dan potret gaya hidup seksualitas kaum hawa dan adam dari sudut pandang biologi-evolusioner. Penuh nilai falsafah dan kesusasteraan.
Ah..si jantung hati beta...keren pokoknya.
Hihihi...salah satu buku yang able to open up your mind. Memandang dunia dengan cara yang tidak biasa.
Dan lagi buku ini kebetulan buku yang menjadi pembatas era hidup saya. Before diplopia and after-during diplopia. Speed baca di awal dan di akhir sangat jauh berbeda, seperti berlari dan berjalan meraba sekian bulan.
(:
Selasa, 01 November 2016
Me and my rice box
Sometimes I love to eat alone.
Sit, enjoying my own fav food that choosen by me. Yeah, myself without any compromise. Hihihi...just sometimes.
When my tummy feel happy, I back to my nature. Write a thing. Maybe an empty thing, just like this time. When I'm alone, I realy feel that I can hear my mind talk to me, in real conversation. So loud, and talk about many things. I won't able to write a thing in my best tummy condition if I eat with someone. But, I love to chit chat too. Eat together make me wanna eat more..and more. Hehehe....maybe I am ambivert or my bestiest said that thats my alter ego. Who knows. I just happy people that life in sad soul, or maybe sad people who life in happy soul. Sometimes it feels weird. But its okay. Thats me, myself. Only me. Almost me.
Senin, 31 Oktober 2016
Redaksional
Redaksional. Ya, redaksional. Akhirnya tiba juga hari ini. Hari dimana redaksional begitu dipersoalkan.
Ya. Saya manusia yang tidak-atau belum memiliki redaksional. Sejauh ini membiarkan semua disekeliling saya berjalan tanpa redaksi. Tanpa aturan basa-basi kata saya. Namun, saya sadar betul akan ada saat dimana saya akan terbentur redaksional-atau setidaknya berurusan dengan yang satu itu. Saya selalu berpikir, manusia hidup terlahir dalam status yang sama. Tiap individu berlaku sesuai dengan tempaan yang dialaminya. Lantas kenapa harus disama ratakan, diredaksionalkan. Agar tertata. Agar semua siklus terjaga. Agar tidak ada yang tersakiti. Agar tidak saling menyalahi. Baiklah. Saya ikut redaksionalnya.
Tapi, apa iya?
Apa iya dengan redaksional semua akan tertata? Mungkin yang dimaksud segala yang tampak mata.
Apa iya dengan redaksional semua siklus terjaga? Mungkin, setidaknya siklus etika, norma dan tata krama.
Apa iya dengan redaksional tidak ada yang tersakiti? Mungkin, satu ini jawabannya relatif sekali.
Apa iya dengan redaksional tidak ada yang saling menyalahi? Mungkin, entah kenapa, hanya ingin menjawab mungkin.
Pada akhirnya semuanya hanya sekumpulan kemungkinan. Sekumpulan mungkin.
Yah..mungkin postingan saya kali ini begitu penuh kemungkinan.
Mungkin memang begitu.
Iya, mungkin.
Hanya mungkin.
Sabtu, 22 Oktober 2016
Sabtu, 01 Oktober 2016
Sepuluh Minggu
Mendekati akhir trimester pertama.
Begitu banyak pertanyaan.
Apa aq sudah memberimu nutrisi cukup?
Apa kamu nyaman di dalam sana?
Kamu lagi apa?
Apa kamu tumbuh dengan bahagia?
Kenapa berombak nya malam sayang?
Apa kamu mengira malam adalah pagi..dan sebaliknya-bukankah biasanya morning sickness..dan kamu malah habis mahrib sickness..hihi..kamu lucu.
Kamu suka apa?
Sebentar lagi-kata beberapa literatur kamu akan bisa mendengar..kamu mau dengerin apa?
Suara kakak keras lo..jangan kaget ya..
Suka musik klasik? Atau mau jazz aja..seperti biasanya..nanti ibuk bersih"playlist dc..dunlut lagu kesukaan kamu n kakak..dan nampaknya kamu sudah berdamai dengan Sheila on7 ya dek-mengingat awal"hamil mual banget denger lagu mereka.
Tidur kamu cukup?
Apa di dalam cukup luas?
Atau ibuk perlu makan lebih banyak lagi-tapi please kooperatif ya..jangan dikeluarin lagi?
Kamu suka ngampus?
Apa nggak papa kalo nemenin ibuk baca jurnal malam"lepas kakak tidur-sudah mulai ada beberapa tugas ni dek?
Suka masak ya dek?
Masakan ibuk absurd kan..kok kamu doyan?
Obat-obat ibuk pahit ya-maaf?
Tapi warna kapsul n kaplet nya lucu kok dek..kamu suka kan liatnya?
Gerah nggak di dalam?
Kalo dikipasin berasa sampe ke dalam nggak?
Kamu lapar?
Kamu suka rasa apa..coklat..stroberi..melon..kacang ijo..delima..kacang merah..atau...jangan bilang sarsaparilla n kopi..hihi?
Kamu kuat kan dek-bertahan ya disana..
Abis ini kamu tumbuh makin besar..
Bakal mirip siapa coba..hihi...
Kalo pingin apa-apa kasi kode aja..
Can you feel my love?
Besok beli padang ya..
Bukan pertama kali..tapi rasanya masih terus berusaha mengenali..dan masih harus banyak beradaptasi..maafin ibuk ya..kalo kurang bisa mengerti..kita bertumbuh sama-sama ya dek..sehat terus.
I'll try my best.
(:
With love.
Your super silly duduls Moms.
*While my lovely little Sea..growing inside of me..and my lovely little Sky sleeping beside me.
Selasa, 20 September 2016
Wisanggeni
Wisanggeni berhak ugal-ugalan. Dia diperlakukan tidak adil sejak di kandungan. Toh dia cuma bangsat di luar, dia asli nasionalis sejati.
Kenapa #wisanggeni ugal-ugalan, supaya sopan santun tidak digunakan untuk menipu. Menipu dengan sopan. Dia anti yg begitu-begitu.
Yang bisa dekat dengan #wisanggeni cuma mereka yang gak takut api. Yang cari aman dan ikut senang, gak usah ngaku-aku. Malu.
Yang ingin ketemu #wisanggeni, harus berani disakiti. Yang lalu berani sembuh pun tumbuh dan tetap bisa jatuh cinta.
Wisanggeni senang menyendiri, tapi tidak masalah dengan keramaian. Di Megamalang, mendung yang melintang, di sana dia biasa ngaso.
Dari sana semua tempat terpencil bisa kentara, yang tertutup menjadi terbuka, maka tidak heran pemuda itu demikian lugasnya.
Wisanggeni adalah inti api yang luwes, membakar yang perlu, dan mematangkan.
Wisanggeni pernah Debat hebat dengan Kresna di usia yang amat muda.
Kresna pernah bertanya. Wisanggeni, adakah yang kautakuti? Anak muda itu menjawab, banyak. Tapi selalu kutantang mereka.
Wisanggeni pernah takut pertanyaannya tak terjawab. Siapa ayahnya. Dan semua pemilik jawaban ditantangnya terang-terangan.
Wisanggeni pernah takut tak memiliki ketakutan lagi. Kresna menantangnya di hari menjelang Baratayuda. Merelakan kemenangan.
Tidak cukup menakutkan buat Wisanggeni. Ternyata ketakutannya bukan itu. Cuma satu. Takut tidak berguna.
Hidup sekedar mampir minum? Buat Wisanggeni, plus mampir main-main. Terlalu tahu justru bikin bosan. Mari bermain.
Kepolosan layaknya masa kanakmu, pertahankan itu, teriak Wisanggeni kepada Anoman suatu kali. Kera yang sudah amat tua.
Pada pemuda ini kita belajar soal jangka, jari-jari lingkaran. Jangan mengumpat kalau kupingmu masih panas saat diumpat balik.
Tua muda itu soal waktu saja. Tapi mempertahankan polos kanak adalah pilihan, apa gunanya pernah kanak kalau kemudian ingkar.
Benar memang, waktu kadang menunda kebenaran. Demikianlah, mau cepat harus siap lambat. Bergerak itu pangkalnya diam.
Kalau kau suka bermain, bermainlah dengan sungguh-sungguh, maka ada Wisanggeni dalam dirimu.
*Salam
#wisanggeni Oleh ki Nanang hape